BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kedatangan
bangsa Belanda di Indonesia pada pertama kalinya adalah semata-mata untuk
mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. jadi hal ini sebenarnya tujuan bangsa
Portugis lebih luas rempah-rempah dan
berbahaya daripada Belanda karena disamping mencari keuntungan juga didasarkan
pada motif agama yaitu untuk meneruskan perjuangan melawan agama Islam dan
menyiarkan agamanya (Kristen) serta sudah tentu tidak ketinggalan untuk
memperoleh kejayaaan atau mengharumkan tanah airnya (gold, gospel, glory).
Seperti kita ketahui pada tahun 1580 Portugal ditaklukan oleh Spanyol sedangkan
negara tersebut belakangan ini sedang terlibat dalam peperangan melawan
Belanda. Maka disebabkan oleh peristiwa itulah Bangsa Belanda tergerak hatinya
untuk mencari sendiri jalan ke Indonesia, sehingga dapat melanjutkan kehidupan
dengan cara berdagang langsung antara sumber rempah-rempah dengan negara-negara
Eropa yang sangat membutuhkankannya. Semula mereka hanya berperan sebagai
penghubung atau pedagang antara Lissabon dengan negara-negara Eropa Timur dan
Utara.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Sistem Monopoli perdagangan yang di jalankan VOC pada
saat berkuasa di Nusantara ?
2. Bagaimana peranan rakyat
Maluku dalam menghadapi system monopoli VOC pada saat itu ?
3. Bagaimana kehidupan ekonomi rakyat Jawa pada masa VOC
berkuasa?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui Sistem
Monopoli perdagangan yang di jalankan VOC pada saat berkuasa di Nusantara.
2.
Untuk mengetahui peranan
rakyat Maluku dalam menghadapi system monopoli VOC.
3.
Untuk mengetahui kehidupan
ekonomi rakyat Jawa pada masa VOC berkuasa.
1.4 Manfaat
1.
Sebagai sumber informasi dan pengetahuan atas berkuasanya VOC di
Nusantara dan dampak terhadap perekonomian Indonesia.
2.
Sebagai motivasi untuk
melanjutkan perjuangan bangsa di masa sekarang dan selanjutnya dalam bentuk
yang berbeda.
3.
Sebagai suatu
pengalaman bangsa yang jangan sampai terjadi kembali penjajahan di masa
sekarang dan selanjutnya.
1.5
Metode
Adapun metode yang dilakukan adalah dengan
mengumpulkan buku-buku sumber yang berkaitan dengan “Pengaruh VOC Terhadap
Perekonomian Bangsa Indonesia” , kemudian mencari informasi dari media cetak maupun media elektronik,
semisal koran, televisi, internet dll.
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Sistem
Perdagangan Monopoli V.O.C
Hasil
pelayaran bangsa Belanda pada mulanya hanya mendatangkan kerugian, karena
diantara para pedagang mereka sendiri senantiasa satu sama lain saling bersaing
dan hanya bertujuan untuk mencari untung masing-masing. Pemerintah Belanda
segera turun tangan dan membasmi segala pertentangan atau perebutan yang
terjadi dengan jalan membentuk suatu persatuan atau penggabungan diantara
kongsi dagang yang ada. Demikian
pada tahun 1602 berdirilah di negeri Belanda persatuan kongsi dagang yang
diberi nama V.O.C singkatan dari Verenigde Oost Indische Compagnie. Persatuan
kongsi tersebut dari pemerintah Belanda memperoleh berbagai hak seperti boleh
bertindak atas nama pemerintah Belanda dengan segala kekuasaan seolah-olah
bagaikan suatu pemerintahan yang
berdaulat penuh atas daerah-daerah yang dapat dikuasai antara Tanjung Harapan
dan Selat Magelhaen. Dalam hubungan ini V.O.C selaku kongsi dagang besar sudah
tentu akan menjalankan hak perniagaan tunggalnya (monopoli) di Indonesia yang
tiada lain dimaksudkan untuk mencegah timbulnya persaingan. Adapun
langkah-langkah untuk mencoba mempertahankan
hak dagang tunggal itu antara lain; 1. harus dapat mengusir orang-orang
Portugis dari perairan Indonesia 2. harus dapat menguasai raja-raja di
Indonesia. Untuk dapat melaksanakan kedua maksud itu VOC mendirikan loji-loji
sperti di Banten, Jakarta dan Hitu (Ambon). Ketiga tempat itu letaknya sangat
strategis sehingga dapat dijadikan basis untuk menyusun kekuatan dalam melaksanakan
siasatnya. karena itu pulalah maka pengaruh VOC atas penduduk pribumi tampak
sangat besar di kedua bagian dari kepulauan Indonesia yakni di Jawa dan Maluku.
Bagaimanapun
juga keadaannya, system monopoli memang merupakan suatu senjata ampuh yang
harus dipertahankan oleh VOC, karena hanya dengan system itulah berhasil atau
tidaknya usaha mereka dapat melangsungkan perniagaan di Indonesisa atau Asia
pada umumnya. Monopoli bukanlah semata-mata dimaksudkan untuk mendapat
keuntungan yang sebesar-besarnya melainkan juga untuk mempertahankan diri
terhadap kemungkinan-kemungkinan datangnya ancaman dari pedagang-pedagang asing
lainnya terutama Portugis dan Inggris. Setiap pedagang baik bangsa-bangsa Eropa
maupun Asia termasuk Indonesia pada waktu itu berusaha untuk mendapatkan
monopoli. Dalam hubungan ini para pengurus VOC (Heren Zevention) yang merestui
dijalankannya system monopoli, memperingatkan agar dalam pelaksanaannya tidak
mempergunakan kekerasan dan senantiasa memelihara perdamaian. Namun karena hal
ini tidak menghasilkan keuntungan, VOC malahan bertindak sebaliknya yakni
melancarkan peperangan dengan dalih mengamankan posisi dan menanamkan kekuasaan
wilayah. Tanpa menjalankan tindakan itu, VOC beranggapan hanya akan merugikan
kedudukan sendiri. Karena itulah setiap permintaan bantuan yang berasal dari
raja-raja Indonesia yang lainnya yang terlibat dalam pertengkaran hebat, selalu
disambut baik dengan pengharapan bahwa VOC kemudian akan menerima imbalan jasa
yang setimpal. Bukankah dengan demikian VOC akan mendapatkan hak monopolinya. Pada
mulanya tampaklah seolah-olah bahwa karena kepentingan politik dan ekonomi
menyebabkan orang Belanda dan Indonesia masing-masing setuju untuk menjalin
kerjasama. Tetapi pasti sekali bahwa antara kedua bangsa tersebut terdapat
perbedaan sifat, pembawaan dan cita-cita yang sudah barang tentu akan
menghasilkan permusuhan, pertentangan dan bahkan malapetaka bagi salah satu
pihak.
2.2 Peranan Rakyat Maluku
Menghadapi Monopoli VOC
Ketika orang-orang Belanda sampai di
Maluku pada sekitar tahun 1600, mereka mendapat sambutan yang mengembirakan
bagi penduduk pribumi yang mengharapkan bantuan untuk melawan orang-orang
Portugis yang sangat diencinya. Setelah Belanda berturut-turut berhasil
membebaskan Ambon dan Tidore dari orang-orang Portugis, maka sebagai hadiah
memperoleh monopoli rempah-rempah.
Pada
permulaannya hubungan antara VOC dengan penduduk Maluku berjalan lancar, tetapi
setelah VOC mulai melaksanakan monopolinya dengan secara ketat, barulah rupanya
penduduk mulai sadar akan bahaya yang mengancam kehidupan mereka selanjutnya.
Sebelum itu bangsa Portugispun sudah mulai menjalankan system monopoli, tetapi
bangsa belanda menjalankannya dengan cara yang lebih teratur dan lebih kejam,
terutama di Banda.
Dengan system monopoli itu VOC hendak
memaksa penduduk kepulauan Banda supaya menjual rempah-rempahnya kepda VOC.
Bilamana penduduk menjual rempah-rempah itu pada pedagang lain , maka hal itu
dianggap VOC sebagai suatu kecurangan karena melanggar perjanjian yang telah
disepakati bersama dan oleh sebab itu harus mendapat hukuman. Setelah itu
(1609) pecahlah peperangan di sekitar Banda, tetapi kelebihan senjata yang
dimiliki VOC menyebabkan bahwa penduduk Banda dapat dengan mudah ditaklukannya.
Namun tampaknya hubngan baik mereka tak dapat dipulihkan kembali sehingga sejak
peristiwa itu permusuhan antara mereka hakekatnya semakin lama semakin
meruncing.
Jan Pieter Zoon Coen memutuskan untuk
mengatasi situasi Banda yang dianggapnya
sangat menghambat pergerakan kegiatan
VOC di Indonesia dengan mengirim armada yang kuat dan dimaksudkan hendak
melumpuhkan tindakan orang-orang Banda yang dianggap sebagai suatu
pembangkangan. Meskipun rakyat Banda mengadakan perlawanan yang gagah berani
tetapi akhirnya dapat di taklukan. banyak penduduk yang tidak berdosa dibunuh
secara kejam sedangkan yang tidak dibunuh diangkut ke Jakarta untuk dijadikan
budak. Tanahnya yang mereka tinggalkan
oleh VOC dibagi-bagikan kepada bekas pegawai-pegawai VOC dalam bentuk kebun-kebun
yang kemudian dengan bantuan orang-orang Cina dan budak belian ditanami dengan
pohon pala. Sudah tentu hasilnya nanti harus mereka serahkan kepda VOC, dengan
memperoleh ganti rugi yang telah di tetapkan. penyerahan paksa berlangsung
hingga tahun 1863.
VOC mengalami kesulitan bukan saja di
Banda tapi juga di Ambon, Ternate dan Tidore. Pelaksanaan system monopoli VOC
disanapun sangat di tentang penduduk karena dirasakan benar-benar terlampau
merugikan rakyat. untuk memperkuat system monopilnya, VOC juga menjalankan
pembatasan penanaman rempah-rempah untuk menjaga agar harganya di pasaran tetap
tinggi. kalu misalnya gudang VOC sudah penuh rempah-rempah maka penduduk Maluku
diperintahkan untuk merusak tanamannya. Dan bilamana rempah-rempah dipasaran
sangat laku, kepada penduduk diperintahkan untuk menanam tanaman-tanaman baru.
Jumlah tanaman dengan demikian
ditetapkan pula.
Sementara itu VOC setiap tahun mengirim
armada-aramadanya ke Maluku untuk merusak kelebihan tanaman. Pelayaran mereka
ke Maluku yang semata-mata bertujuan hendak merusak tanaman-tanaman itu
dinamakan pelyaran hongi. Jadi pelayaran hongi dapat diartikan sebagai suatu
iring-iringan kapal yang dipersenjatai dan bertujuan hendak memusnahkan
pohon-pohon cengkih/rempah-rempah di daerah dimana itu tidak diperbolehkan
tumbuh.
Penderitaan rakyat Maluku bukanlah hanya
karena system monopoli yang di jalankan oleh VOC saja, akan tetapi ditambah
lagi karena perlakuan para pegawai VOC dan kepala Pribumi, yang bertindak tidak
jujur. kedua golongan ini pada
hakekatnya sering berbuat demi kepentingan sendiri saja. Dalam program
penyerahan atau pembayaran uang untuk rempah-rempah yang dijual rakyat kepada
VOC, biasanya mereka berbuat kecurangan dengan cara mengkorup sebagian,
misalnya 10% oleh kepala Pribumi dan beberapa persen lagi oleh VOC. Perbuatan
tidak jujur daripada pegawai VOC itu dapat dimaklumi karena mereka mendapat
upah yang sedikit sekali, jadi rupanya dari pada mereka harus hidup serba
kekurangan mereka terpaksa memilih jalan lain yakni mengadakan penyelewengan
sedangkan para kepala-kepala
Pribumi rupanya bukan lah semata-mata ditujukan demi kepentingan pribadi saja.
Akan tetapi untuk mengisi kas keratin yang semula diperoleh dengan jalan
peranan mereka ,langsung mengambil keuntungan dalam perdagangan dan setelah
kedatangan orang-orang Eropa mereka tidak mempunyai sumber penghasilan apa-apa
lagi. Itulah sebabnya maka Sultan Ternate tidak disukai lagi oleh rakyatnya,
karena mereka beranggapan bahwa Sultan bersikap sangat taat kepada VOC dan
seolah-olah tak ada suatu usaha untuk menentang system monopoli VOC yang sangat
kejam itu.
Demikian setelah VOC telah mendatangkan
kehancuran bagi seluruh rakyat Maluku. dalam hubngan ini Gonggrijp memberikan
bukti sebagai berikut : “Kemiskinan yang berlangsung menjelang akhir abad ke 18
dan tahun-tahun berikutnya, berkurangnya jumlah penduduk diperkirakan sekitar
100.000 orang atau kira-kira 2/3 dari jumlah pada permulaan abad 17.
Seiring dengan berkurangnya penduduk,
maka berturun pula produksi rempah-rempah, sedangkan berkurangnya penduduk dan
turunnya produksi itu semata-mata merupakan akibat daripada dilaksanakannya
mnopoli yang senantiasa diikuti oleh peperangan hebat. Alhasil system monopoli
VOC-lah yang telah membinasakan kemakmuran rakyat Maluku. Sebelum kedatangan orang-orang eropa desa-desa di
Maluku berproduksi untuk pasaran dunia, tetapi berlakunya system monopoli oleh
kedua kedua bangsa tersebut Portugis dan Belanda, maka sifat perdagangan bebas
mereka yang merupakan sumber kemakmuran menjadi terancam.
2.3 Kehidupan Ekonomi
Masyarakat Jawa dalam periode VOC
Banten yang merupakan sebuah kota pantai
atau Bandar terpenting di Jawa pada
sekitar tahun 1600. Banten sebenarnya baru muncul setelah jatuhnya Malaka pada
tahun 1511 dan sejak saat itu mengalami perkembangannya sampai menjelang akhir abad
ke 17 yaitu setelah VOC memperoleh monopoli perdagangan dari raja Banten
sebagai upah hasil pemberian bantuan dalam peperangan antara keluarga sendiri
(antara Sultan dan putra mahkota). Bangunan kota terdiri dari
perumahan-perumahan rakyat, yang terbuat dari pada kayu dan bambu sedangkan di
sekelilingnya terdapat perbentengan yang dibuat dari batu berfungsi sebagai
pelindung kota bila terjadi serangan dari luar. Susunan masyarakatnya terdiri
dari : 1. Kaum bangsawan yaitu raja,patih dan syahbandar, 2. golongan rakyat
jelata yaitu pedagang dan petani, 3. budak belian. Yang paling berkuasa dalam
pemerintahan adalah patih, ia merupakan penguasa yang tak terbatas, sehingga
raja atau para raja penguasa lainnya tunduk dan tak dapat berbuat sesuatu
selama ia berkuasa. Disamping itu juga Syahbandar mempunyai kedudukan penting,
ia memiliki budak-budak belian dalam jumlah besar dan mempunyai hak beli utama
terhadap barang-barang impor atau barang yang berasal dari pedalaman untuk
diekspor (misalnya lada). Dari hal beli uita ma itulah baik patih maupun
syahbandar memperoleh keuntungan yang
berlimpah. Mereka sama sekali tidak memperhatikan rakyatnya.
Daerah pedalaman Jawa yang muncul
setelah pertengahan abad ke 16 ialah Kerajaan Mataram dan mulai mengalami
perkembangannya pada akhir bad 16. Sebab itu Mataram men jadi sebuah Kerajaan
besar yang berhasil menciptakan persatuan diantara kerajaan-kerajaan kecil yang
berada disekitarnya. Tetapi usaha-usaha untuk mencapai kekuasaan diseluruh Jawa
mengalami kegagalan karena terbendung oleh kekuasaan VOC di Batavia. Sebelumnya
memang keliatan telah berhasil melakukan serangkaian peperangan dengan kota
pantai yang semula dianggapa sebagai penghalang utama sperti Demak, Pasuruan,
Tuban, Gresik, Madura dan Surabaya. Tetapi berlangsungnya peperangan antara
tahun 1604-1625 itu mengakibatkan suatu malapetaka bagi perdagangan laut Jawa
pada umumnya atau bagi kekuasaan Mataram pada khususnya . Karena peperangan
melawan Surabaya yang berakhirnya dengan di kuasainya kota dagang itu pada tahun
1625, telah berakibat bahwa pelayaran dari Maluku ke Makasar yang semula
melalui Jawa Timur lalu berpindah melalui Makasar. Hal ini merupakan suatu
kerugian tersendiri dan sangat besar dampaknya bagi pelayaran Jawa, karena
banyak pedagang dari Jawa Timur lalu berpindah ke Makasar dan Banjarmasin
sedangkan barang-barang eksporpun lenyap pula.
Dalam hubungan dengan terjadinya peristiwa rentetan peperangan tersebut
di atas, Burger mengemukakan pendapat bahwa tindakan Mataram itu dikaitkan
dengan motif tertentu. Dikatakan memang ada tendensi bahwa Raja Mataram
melarang rakyatnya melakukan perdagangan laut, karena perdagangan luar negeri
adalah monopoli raja. Selain raja, bilamana ada orang lain yang berani
mengekspor beras dijatuhi hukuman mati. Dengan jalan demikian, maka VOC
yang sangat menggantungkan perbekalan makanan dari Mataram akan mengalami
kesulitan. Disamping itu ada kemungkinan bahwa monopoli raja itu dimaksudkan
agar kekuasaan seluruhnya di pegang
dalam tangan kaum bangsawan/raja, karena bilamana tidak mustahilah kekuasaannya
akan terancam bila seandainya rakyat pesisir hidup dengan subur dan makmur.
Teranglah kiranya, bahwa politik Mataram
(Sultan Agung) untuk melemahkan daerah pesisir itu sebenarnya justru tidak
tepat. Hal ini terbukti waktu Mataram menghadapi VOC. Apabila Mataram memiliki
kekuasaan laut dengan daerah-daerah pesisirnya yang kuat, seharusnya ia mampu
membendung atau setidak-tidaknya memberikan
perlawanan yang wajar terhadap setiap politik agresi VOC yang
dilancarkan dalam rangka memperluas wilyah kekuasaannya di Indonesia. Memang
betul Mataram sebagai negara pertanian yang padat penduduknya sanggup
mengerahkan angkatan daratnya yang kuat, tetapi terbukti misalnya bahwa
serangan-serangan Mataram terhadap Batavia (tahun 1628 dan tahun 1629)
mengalami kegagalan. Hal itu dikarenkan tidak adanya dukungan dari angkatan
laut Mataram yang lemah dan sedikit itu. Kegagalan Sultan Agung untuk mengusir
VOC dari Batavia umumnya sangat besar artinya buat perjalanan sejarah tanah air Indonesia sebab bagaiamanapun juga
setelah Mataram dibawah pimpinan Sultan agung dapat ditundukan VOC di jawa,
sesudah itu kedudukan VOC tidak dapat di goyahkan oleh kekuasaan manapun juga.
VOC yang semula datang ke tanah air kita sebagai pedagang rempah-rempah, sejak
itu (1629) mulai ikut berbicara dalam soal-soal politik kerajaan Jawa/Indonesia
umumnya dan dengan leluasa mulai memainkan peranannya sebagai kekuasaan
colonial. Kelemahan politik raja-raja Jawa/Indonesia sebagai akibat
berlangsungnya peperangan saudara, memberikan kemungkinan dan kesempatan baik
kepada VOC untuk memperluas pengaruh politik atau tekanan ekonominya setiap
kali VOC diajak ikut campur tangan dalam menyelesaikan
permasalahan-permasalahan antara sesame
orang Indonesia. Peristiwa-peristiwa tersebutlah yang sebenarnya
mempercepat proses meluasnya pengaruh kekuasaan di seluruh Jawa atau bahkan
seluryuh tanah air Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, awal masuk bangsa-bangsa Eropa ke Nusantara
khususnya bangsa Belanda sedikit banyaknya mempengaruhi dan merubah tatanan
kehidupan Bangsa Indonesia terutama dalam bidang perekonomian di Indonesia pada
saat itu. Dengan terbentuknya persatuan kongsi dagang Belanda pada tahun 1602
dengan nama VOC (Verenigde Oost Indische Company) merupakan tonggak awal
eksistensi Belanda di Nusantara dalam perdagangan (khususnya rempah-rempah) . Dalam
hubungan ini V.O.C selaku kongsi dagang besar sudah tentu akan menjalankan hak
perniagaan tunggalnya (monopoli) di Indonesia yang tiada lain dimaksudkan untuk
mencegah timbulnya persaingan serta
menguasai perdagangan di Nusantara.
Dalam peranannya di Nusantara khususnya Maluku, VOC
mulai melakukan politik monopoli perdagangan. yang berdampak pada kesengsaraan
rakyat Maluku, bukan semata-mata karena politik monopolinya saja tapi di tambah
lagi oleh perlakuan semena-mena VOC terhadap rakyat Maluku. Dengan
system monopoli
itu VOC hendak memaksa penduduk kepulauan Banda supaya menjual rempah-rempahnya
kepda VOC. Bilamana penduduk menjual rempah-rempah itu pada pedagang lain ,
maka hal itu dianggap VOC sebagai suatu kecurangan karena melanggar perjanjian
yang telah disepakati bersama dan oleh sebab itu harus mendapat hukuman.
Setelah itu (1609) pecahlah peperangan di sekitar Banda dan melebar ke daerah sekitarnya,
tetapi senjata yang dimiliki VOC yang
lebih canggih dapat dengan mudah mengatasinya.
Politik Monopoli juga dianut oleh Kerajaan di daerah pulau Jawa seperti
Mataram yang melakukan Monopoli beras guna melemahkan kekuasaan VOC yang
berbasis di Batavia. Akan tetapi hal ini malah merugikan pihak Mataram sendiri
karena para pedagang yang tadinya melakukan transaksinya di daerah Jawa Timur,
menjadi berbelok ke Makasar. Sehingga menurunkan pendapatan Mataram sendiri,
yang akhirnya takluk kpada VOC.
3.2 Kritik dan Saran
Mungkin
dalam pembuatan makalah yang kami buat banyak kekurangan dan kesalahan, maka
dari itu penulis bersedia menerima saran maupun kritik demi perbaikan
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Satradinata,
kosoh.1975. Sejarah Perekonomian.Bandung
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking